Senin, 15 September 2008

HASIL SUNTIKAN INOKULAN - SUMBER MAJALAH TRUBUS


WANGIAN DARI KEBUN

Untuk memperoleh 21 kg gubal gaharu, Adi Saptono tak perlu menjelajah hutan yang menguras tenaga. Ia cukup menebang 3 pohon di kebunnya setahun pascainsersi. Dari penjualan gubal itu, total pendapatannya Rp52-juta.
(RM 21 000.00)

Adi Saptono memang mengebunkan 10 ha gaharu masing-masing terdiri atas 400 pohon per ha. 'Di halaman belakang rumah ada 200 pohon,' kata pekebun di Pangkalpinang, Bangka-Belitung itu. Gaharu-gaharu di kebun itulah yang ia panen setelah setahun disuntik cendawan. Pohon-pohon lain anggota famili Thymelaeceae itu menyusul panen pada bulan mendatang. Adi tak perlu repot memasarkan gaharu. Soalnya, importir asal Taiwan mendatangi rumahnya. 'Importir itu malah minta pasokan rutin 10 ton sehari,' katanya.

Johny Wangko, pekebun lain yang mencecap bisnis gaharu. Maret 2008, memasarkan 15 kg kamedangan-gubal gaharu kelas 3. Produktivitas gaharu Aquillaria malaccensis rata-rata 2 kg per pohon setinggi 4 m. Dengan harga Rp1,3-juta/kg , Johny Wangko mengantongi Rp20-juta. Padahal, 6 tahun silam ketika hendak mengebunkan gaharu, rekannya meragukan. 'Saya saja tak pernah panen,' kata karibnya itu yang menanam 60 pohon di Bogor dan Sukabumi, keduanya di Jawa Barat.

Di Bogor ia menanam 7 jenis gaharu seperti Aquillaria filaria dan A. cumingiana dari Seram, A. hirta (Batam), A. malaccensis (Kalimantan Selatan), dan A. crassna (Indocina). Selain di sana, Johny juga mengebunkan gaharu di Desa Serdang, Bangka Selatan, sebanyak 140 pohon. 'Yang di Sukabumi untuk tabungan saya, jadi dipanennya nanti saja kalau sudah tua,' kata pria 59 tahun itu.

Marak

Lima tahun terakhir memang banyak orang mengebunkan pohon penghasil gaharu. Di Kubangan, Riau, ada Rama yang mengebunkan 4.000 gaharu di lahan 4 ha. Nun di Dusun Hena, Flavo, Kecamatan Sentani Tengah, Papua, Doren Woku menanam 50 gaharu beringin Aquillaria filaria di halaman rumah. Selain di halaman rumah, ayah 3 anak itu juga menanam 100 pohon di kebun di Siklop, Sentani. Sekarang umur pohon 4 tahun dan siap disuntik cendawan.

Pekebun-pekebun lain tersebar di berbagai kota seperti Mataram, Sanggau, dan Bengkulu Utara. Mengapa mereka mengebunkan gaharu? Harga jual tinggi-mencapai Rp30-juta per kg-menjadi daya tarik utama. Siapa tak tergiur harga selangit itu? Itulah sebabnya banyak pemburu mencari gaharu di hutan. Akibatnya, populasi pohon penghasil gaharu di alam pun semakin menyusut. Beberapa spesies seperti Aquillaria malaccensis kini termasuk appendix II oleh Convention on International Trade of Endangered Species Wild Flora and Fauna (CITES).

Oleh karena itu, satu-satunya jalan untuk menyiasatinya adalah dengan budidaya . Itu bukanlah hal mudah. Maklum, selama ini tak ada yang memanen gaharu di kebun. Nah, Johny Wangko dan Adi Saptono termasuk pekebun pertama yang menikmati manisnya memanen gaharu.

Menurut Dr Erdy Santoso, periset gaharu di Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, membudidayakan gaharu mempunyai banyak kelebihan ketimbang mengambil di alam.

Di alam, cendawan baru dapat masuk ke jaringan tanaman ketika ada 'pintu masuk', misalnya cabang patah diterjang angin. Masalahnya, menunggu cabang patah tak menentu. Bandingkan bila pekebun

membudidayakan gaharu. Kapan pun mau, pekebun dapat menyuntikkan cendawan ke pohon dewasa-minimal 5 tahun. Selain itu Departemen Kehutanan melalui Balai Konservasi Sumber Alam (BKSDA) juga membatasi jumlah penjualan gaharu alam di dalam negeri dan mancanegara.

Dari tahun ke tahun, kuota ekspor gaharu cenderung menurun. Pada 2000, kuota jenis A. filaria mencapai 200 ton dan A. malaccensis 225 ton. Pada 2005, kuota anjlok masing-masing menjadi 125 ton dan 50 ton. Ketika populasi menipis di hutan, sementara pasar terbentang luas, membudidayakan gaharu solusi terbaik. Apalagi tak mungkin mengandalkan pasokan gaharu dari hutan lantaran regulasi itu. Menurut Erdy penampilan gaharu alam dan budidaya relatif sama. Untuk mengawasi peraturan itu BKSDA rutin menyambangi kebun gaharu milik masyarakat.

Kuota

Menurut Ir Agus Djoko Ismanto, periset gaharu Pusat Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, pasar gaharu tak terbatas. Johny Wangko, eksportir juga mengatakan hal serupa. 'Importir Taiwan siap menampung berapa pun banyaknya,' katanya. Sayang, karena jumlah pohon masih sedikit, Johny tak sanggup memenuhi permintaan Taiwan.

Syaswirizal dari CV Aroma, eksportir gaharu sejak 1995, juga kelimpungan mencari pasokan gaharu untuk melayani total permintaan 140 ton per tahun. Ia hanya sanggup memasok 40 ton. Pasar yang menyerap gaharu adalah Singapura (75%), Timur Tengah (17%), dan Taiwan (5%). Selebihnya terserap pasar Hongkong, Jepang, dan Malaysia, 'kata Muhammad Faisal Salampessy, eksportir gaharu.

Di Arab Saudi, misalnya, gaharu menjadi kebutuhan rutin setiap rumahtangga. 'Sehabis membersihkan rumah, menyambut kedatangan tamu, atau pada perayaan-perayaan khusus, mereka pasti membakar gaharu sebagai pengharum,' kata Agus Djoko Ismanto. Negeri kaya minyak itu menghabiskan 2,5-miliar real atau setara US$667-juta setahun untuk pengadaan 500 ton gaharu. Itulah sebabnya banyak orang Indonesia yang umroh-ke Mekkah- menenteng 2-3 kg gaharu kelas kacangan untuk dijajakan di sana. Gubal gaharu laku 800-1.000 real setara Rp2-juta-Rp2,5-juta per kilogram.

Penjualan gaharu langsung juga marak ke Singapura dan Malaysia. 'Dalam sehari bisa keluar sampai 100 ton gaharu ke Singapura,' kata Johny. Hal itu juga berpengaruh terhadap pergerakan harga. Harga gaharu super, misalnya, semula Rp15- juta per kg, kini Rp30-juta. Gaharu super berwarna hitam pekat dan tenggelam bila dimasukkan dalam air. Itu lantaran tingginya permintaan, tapi kuota terbatas.

Jangankan gubal, sisa kerikan kayu gaharu saja laku Rp100.000 per kg. Bahkan suloan alias abu bekas kerikan terjual Rp25.000 per kg. Suloan dimanfaatkan untuk membuat minyak bermutu tinggi. Untuk membuat 100 ml parfum biasanya dibutuhkan 100 cc minyak mawar atau minyak melati. Dengan minyak gaharu cukup 5 cc saja, dan bisa bertahan sampai 6 hari. 'Makanya, semua parfum mahal pasti mengandung gaharu,' kata Erdy.

Harga minyak gaharu cukup tinggi berkisar US$150-US$200 per 10 cc. Malahan ampas hasil sulingan minyak pun bisa dimanfaatkan sebagai obat nyamuk. Di pasaran, ampas itu dihargai Rp8.000-Rp10.000 per kg. Sedangkan air bekas sulingan minyak sebagai pupuk. Dengan banyaknya nilai tambah dari gaharu, wajar jika harga gaharu semakin menjulang. Untuk itulah saatnya kini membudidayakan gaharu. (Lani Marliani/Peliput: Destika Cahyana)

PENDAFTARAN DIBUKA - KURSUS PENANAMAN DAN INDUSTRI GAHARU BULAN NOV 2012

Dijemput kepada penanam, bakal penanam pokok gaharu supaya menghadiri Kursus Penanaman Gaharu. Matlamat kursus ialah mendedahkan kepada peserta cara-cara penanaman gaharu (mengikut cara yang betul) mengenal jenis pokok gaharu, mengetahui potensi hasil gaharu dan indusrtinya dan pasarannya. Anda akan didedahkan ilmu dan maklumat oleh En. Mat Hasbollah Bin Sudin ( Pengurus Besar Gaharuman Resources) Kursus tersebut akan diadakan pada :

Tarikh : 25 NOVEMBER 2012 (Ahad)


Masa : 8.30pg - 3.30ptg

Tempat : Tanjong Karang Selangor.

Yuran : RM 250.00

Makan minum, kertas kerja, sijil penyertaan diberi.

Maklumat lanjut 0133707271

Gaharu

Gaharu
GAHARU sejenis kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, serta memiliki kandungan kadar damar wangi, berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu yang tumbuh secara alami dan telah mati, sebagai akibat dari proses infeksi yang terjadi baik secara alami atau buatan pada pohon tersebut, dan pada umumnya terjadi pada pohon Aguilaria sp. (BSN, 1999).